Rumah maya Readinc

Just another WordPress.com weblog

Archive for the ‘Uncategorized’ Category

IPUNG

Posted by readinc pada Juli 28, 2008


Lelaki ini bernama Ipung, seorang pelajar berasal dari kota kecil kepatihan di daerah Solo. Saat ini dia belajar di salah satu sekolah ternama di kota Semarang. Kehidupan kota yang keras dan berliku memang jauh beda dengan kehidupan di desanya. Ipung harus bisa bertahan dikota ini bagaimanapun caranya, tetapi tetap dengan mempertahankan harga dirinya. Di sekolah itu Ipung bertemu dengan seorang gadis bernama Paulin yang begitu menarik perhatiannya. Paulin yang terkenal sebagai wanita paling sempurna di sekolah itu, cantik, cerdas, bergelimpangan materi, dan disayang para guru. Wanita ini dapat meluluhkan hati para pria yang dekat dengannya. Tetapi tidak bagi Ipung, seberapa hebatnya Paulin, Ipung tetap tidak tergoda. Paulin pun tidak habis pikir, dimanakah letak kesalahannya? Banyak pria yang mengidam-ngidamkan agar dapat dekat dengannya, tetapi mengapa lelaki dekil dari desa yang tidak tampan dan kaya itu tidak tergoda oleh pesonanya sama sekali.
Walaupun novel ini berkisah tentang kehidupan pelajar di kota, tetapi tetap tidak klise seperti novel-novel remaja pada umumnya. Karakter Ipung yang cerdas, sopan,cuek, keras dan mandiri ini sangat mempengaruhi konflik yang ada di dalam buku. Alur cerita yang ringan dan tata bahasa yang sederhana membuat novel ini mudah dimengerti pembaca. Sang novelis kenamaan di Indonesia, Habiburrahman juga ikut menyumbang sepenggal tulisannya di novel ini.
Vmie_Read!nc Crew

Posted in Uncategorized | Leave a Comment »

RESENSI BUKU : HUKUM MURPHY

Posted by readinc pada Juli 6, 2008

Judul : Murphy’s law / Hukum Murphy (original title : Why the toast always lands butter side down. The science of Murphy’s Law)
Penulis/Penerjemah : Richard robinson /Alpha M. Febrianto
Penerbit : Rahat Books
Cetakan : I, Februari 2008

Pernahkah anda merasa segalanya jadi kacau di saat-saat yang menentukan ? atau jengkel ketika alat yang anda perlukan selalu ‘mogok kerja’ di saat-saat paling diperlukan ? anda pun merasa seakan dunia sedang melawan anda. Jika begitu, berarti anda harus membaca buku karya Richard Robinson. Judul aslinya adalah “Why the toast always lands butter side down. The science of Murphy’s Law”. Mungkin karena terlalu panjang, maka versi Indonesianya disingkat menjadi “Hukum Murphy”.

Sesuai dengan judulnya, buku yang aslinya terbit pertama kali tahun 2005 ini membahas tentang sebuah teori ilmiah yang kontroversial dan universal. kontroversial karena isinya yang sangat sederhana tapi maknanya sangat dalam. Universal karena ‘wilayah kerja’nya bisa meliputi seluruh celah kehidupan manusia modern saat ini. Teori itu disebut dengan hukum Murphy. Bunyi hukum itu :

“APAPUN YANG BISA SALAH, AKAN SALAH”

“MENCOBA MEMPERBAIKI SESUATU HANYA MENJADIKANNYA LEBIH BURUK”

“TIAP UPAYA UNTUK TAK BERBUAT APA PUN, SUPAYA TAK AA YANG BISA KELIRU, AKAN KELIRU”

Saat membacanya, anda akan berpikir bahwa pencetus hukum ini adalah orang gila yang sudah putus asa. Tapi ini memang benar-benar hukum ilmiah. Tak kurang institusi semacam NASA juga menerapkan teori ini dalam operasionalnya. Masak sih ? kok bisa ?

Sebenarnya teori ini terkait erat dengan tingkah laku otak sebagai pusat pengatur data yang akhirnya bermuara pada tingkah polah manusianya. Richard berusaha menjelaskan secara runtut bagaimana otak berkontribusi besar atas segala kesalahan dan tindak tanduk kita yang paling tak masuk akal sekalipun.

Pembahasan dimulai dengan bagaimana proses masuknya data melalui berbagai indra yang kita punyai. Hal yang luar biasa adalah bahwa indra kita hanya meloloskan sebagian kecil dari seluruh data yang diterimanya dan mengacuhkan 99% data lain yang dinilai tak penting. Jika tidak, kita akan dibanjiri tsunami data yang masuk ke otak. Selanjutnya otak yang akan merangkai, jika perlu menambal berbagai data yang dianggap sesuai hingga membentuk fakta. Hasilnya tentu adalah fakta versi yang kita inginkan. Tak heran muncullah istilah, “Kita hanya mempercayai apa yang kita inginkan”.

Setelah data masukan terkumpul, otak mulai bekerja dengan menetapkan ukuran / nilai terhadap data tersebut sesuai dengan ukuran kita sendiri. Untuk itu, tubuh kita dilengkapi berbagai perangkat yang sayangnya juga bisa dipengaruhi oleh kondisi luar. Dari sinilah muncullah berbagai masalah seperti jet lag, berbagai ilusi optic, serta perasaan terhadap waktu yang berjalan terlalu cepat. Kemudian otak mulai menyimpan berbagai data itu sebagai kepingan teka-teki yang membentuk suatu fakta. Sayangnya, ingatan tak tersimpan secara ‘rapi’. Tubuh kita memang didesain dengan sangat canggihnya hingga memungkinkan fleksibilitas sangat tinggi. Dengan begitu, pengetahuan manusia bisa terus berkembang. Namun di lain sisi, otak bisa secara kacau merangkai kepingan teka-teki itu. Jadilah fakta baru yang seringkali sangat membingungkan. Contohnya adalah peristiwa de javu. Buku ini juga mengungkap bahwa otak manusia lebih mudah menyimpan penderitaan alih-alih kesenangan dan wajah alih-alih nama.

Kekacauan otak dalam merangkai potongan ingatan ini juga lah yang seringkali membuat manusia selalu mencari pembenaran atas segala tindakannya. Jika sudah begitu, manusia bisa bertindak atau meyakini sesuatu yang terasa tak masuk akal, meski sebenarnya proses di lakukan di otak yang merupakan sumber akal. Kemampuan otak untuk memaksakan rangkaian kepingan yang tak sesuai tersebut didukung oleh perangkat yang juga telah tersedia secara alami. Alat ajaib tersebut adalah emosi. Penelitian membuktikan bahwa pikiran pun ternyata bisa dengan mudahnya disetir oleh emosi. Karena itulah ilmuwan besar cenderung meminggirkan emosi dalam upaya penelitiannya terhadap dunia benda mati. hasilnya, karya ilmiah mereka luar biasa. Mereka mampu menciptakan berbagai penemuan. Bahkan yang paling mematikan sekalipun hanya karena mereka sanggup melakukannya. Itulah yang terjadi pada para penemu bom hydrogen, bom nukllir dll. Peminggiran emosi di kalangan ilmuwan itulah yang kemudian memunculkan istilah profesor linglung dan menjelaskan kenapa ilmuwan hebat cenderung berpenampilan eksentrik. Idealnya, kemampuan sains memang dibarengi dengan pemahaman emosional, terutama nurani. Tanpa emosi, manusia memang bisa jadi luar biasa. Tapi tanpa emosi, manusia sekaligus juga kehilangan gairah hidup, karena hidup dan mati jadi kehilangan makna.

Selanjutnya, hukum Murphy masuk ke daerah social. Penelitian bertahun-tahun menunjukkan betapa berbedanya manusia saat sendiri dan ketika berada dalam suatu komunitas. Richard menjelaskan tentang fenomena ini melalui sebuah teori yang didasarkan pada apa yang disebut sebagai saraf-saraf cermin. Mereka adalah satuan dasar yang memicu tingkah laku manusia dalam suatu lingkungan social. Keberadaan saraf-saraf cermin ini membuat manusia cenderung mampu meniru apa yang ada di sekitarnya. Contoh gampangnya adalah tingkah kita yang mengernyit saat melihat orang lain sedang disuntik seakan-akan kita merasakan sakit orang tersebut. Implikasi saraf cermin tak hanya sampai disitu. Dari situlah muncul kecenderungan manusia untuk selalu mengikuti tren yang berlaku di masyarakat, betapa pun konyol atau tak masuk akalnya.

Si pengarang buku ini juga menjelaskan betapa tak sempurnanya manusia dan betapa konyolnya mereka saat berhubungan dengan dunia benda mati. Tak peduli seberapa modern manusia sekarang, mereka tetap cenderung memperlakukan benda mati seakan memiliki nyawa sehingga memperlakukan mereka seakan-akan bernyawa. Misalnya saat kita dengan teganya menyalahkan dan memaki-maki computer yang tiba-tiba crash saat dipergunakan untuk mengerjakan suatu tugas maha penting. Berbagai mitos-mitos konyol juga dibongkar dalam buku ini.

Sebagai buku sains popular, saya berani bilang, buku ini memang gampang dicerna. Penulisnya pandai menyampaikan berbagai fakta ilmiah yang saya yakin pasti aslinya sangat rumit menjadi pengetahuan popular yang mudah dipahami. Buku ini juga sangat padat akan berbagai fakta-fakta mencengangkan sekaligus membuat kita tersenyum karena sifatnya sangat membumi. Tak banyak kelemahan yang saya temukan dalam buku ini. Saya mungkin sedikit merasa cara penulis bercerita yang terkadang melompat-lompat bisa agak membingungkan pembacanya. Terkesan juga penerjemahan buku ini seperti menemui kendala kala harus menjelaskan sesuatu yang tak sesuai budaya kita. Akibatnya, saya terkadang mengernyit tak mengerti di beberapa bagian yang kelihatan janggal. Penyebabnya mungkin perbedaan budaya kita dengan yang ada di negeri pengarangnya sebagai efek samping dari usaha si penulis untuk lebih membumi. Hal kecil yang sedikit mengganggu buat saya (karena saya berusaha membuat review buku ini) adalah perbedaan versi judul yang tertera di cover depan dan cover dalam buku ini. Di cover depan, jelas tertulis, “MURPHY’s LAW” sementara di bagian dalamnya disebutkan judul buku ini adalah “HUKUM MURPHY”. Saya tahu kalau keduanya punya arti yang sama, tapi kenapa harus dibuat berbeda ? Saya duga, pembuatnya orang yang berbeda. Meski begitu, kualitas buku ini saya rasa tak berkurang. Saya sangat salut pada kemampuan penulis ‘menerjemahkan’ karya ilmiah menjadi karya popular. Itu tak mudah. Butuh kemampuan bercerita yang baik sekaligus pemahaman akan sebuah karya ilmiah. Karena itu, tanpa ragu saya rekomendasikan buku ini pada semua orang agar kita bisa lebih memahami otak kita ini yang terkadang tak masuk akal..

By : Farisol – ReadincCrew

Note : Tulisan ini juga ada di Blog pribadi : Farisol.wordpress.com

Posted in Uncategorized | Leave a Comment »