Judul : Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1000 dolar
Penulis : Marina Silvia K.
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, 2008
Tebal : 267 hal
Sumpah ! Saya langsung luar biasa blingsatan begitu pertama kali membuka halaman buku ini. Saya bahkan terpaksa menenangkan diri dengan segelas besar es kacang hijau di dekat alon-alon kota (sebenernya memang sedang pengen aja sih ! heheh). Bayangkan, orang yang menulis buku ini adalah orang yang pernah dekat dengan saya !! Eiittt… jangan terburu curiga dengan saya.
Penulis buku ini adalah Marina Sylvia yang dulu sempat jadi teman sekelas saat di bangku kuliah. Kenyataan bahwa teman sendiri sudah berhasil keliliing eropa dan menghasilkan sebuah buku lah yang seketika berhasil membuat lubang besar menganga dalam diri saya. Luar biasa !! Entah kenapa, tiba-tiba ada ledakan rasa bangga yang bercampur rasa iri. Tak ayal, saya langsung misuh-misuh tak karuan. Ahh jangan salah sangka dulu. Untuk orang jawa timuran yang kasar seperti saya, misuh juga bisa berarti kegembiraan. Macam orang India dengan tarian dan nyanyiannya. Senang atau sedih, tetap saja mereka berdendang sambil menari mengelilingi tiang listrik hehehe
Segera saya baca isi buku ini. Saya harus mengatakan terkesan dengan komitmen mbak Marina dalam menyesuaikan isi dan judul bukunya. Banyak buku yang pernah saya baca terkesan “menipu”, karena isinya tidak seseksi yang digambarkan dalam judul. Seperti pepatah bilang, Don’t judge the book by its cover. Buku ini berbeda karena sesuai judul, isinya adalah sebuah know-how, petunjuk bagaimana mewujudkan impian berkeliling eropa. Ketika saya sebut “petunjuk”, seharusnya anda boleh berharap mendapatkan tips& trik nyata tentang pergi ke eropa. Mbak Marina cukup baik membagikan pengalamannya tentang bagaimana mempersiapkan sampai bagaimana kita bisa survive disana dengan dana yang terbatas. Beliau bahkan menambahkan 13 alasan kenapa kita harus traveling buat mereka yang masih ragu-ragu. Setelah semua tips persiapan dibeber, tentu saja kemudian mbak Marina menceritakan pengalamannya selama backpacking disana, lengkap dengan hasil jepretan fotonya sendiri. Inilah yang menarik. Dengan menggunakan gaya menulis story-telling layaknya mengisi jurnal harian, mbak Marina memulai catatannya dari garis start : Frankfurt, Jerman.
Dari awal, akan terasa betul perbedaan buku ini dengan buku catatan perjalanan lain semacam “Naked Traveller”-nya mbak Trinity yang ceria atau “Journey”-nya Gola Gong yang, meminjam tag-line sebuah produk permen, ‘rame rasanya!’. Membaca jurnal mbak Marina, dengan mudah kita akan merasa bahwa ini adalah sebuah kontemplasi. Dari awal memang mbak Marina menegaskan bahwa hal krusial bagi orang negeri kita untuk hidup di eropa adalah masalah cultural shock. Keterbukaan pemikiran dan diskusi antar budaya lah yang dijadikan racikan utama jurnal perjalanan ini. Setiap bagian dalam buku ini menunjukkan jelas kecerdasan mbak Marina. Soal deskripsi keindahan dan cerita-di-balik-lokasi yang dikunjungi sih sepertinya lebih banyak diserahkan pada hasil jepretan gambar kamera digitalnya. Buat yang malas berpikir, mungkin materi dialog dan cover story-nya terasa agak berat. Ini bisa jadi kelemahan buat pembaca Indonesia yang mayoritas lebih menyukai hal yang ringan (bukan berarti orang Indonesia bodoh lho ya !). Itu semua mungkin didasari oleh karakter/latar belakang sang penulis dan suasana yang mendukung saat itu. Itu semua harus dihargai karena toh kita juga bisa mendapat manfaat dari dialog antar budaya yang terjadi. Saya bahkan mendapat pengetahuan baru bahwa kebanyakan orang eropa memiliki kecenderungan atheis (tak heran kan kalau partai komunis juga tumbuh di tanah eropa yang, anehnya, seringkali memaksakan penghapusan komunisme di negara dunia ketiga). Untungnya juga, mbak Marina tak lupa menyelipkan laporan pengeluaran keuangan sehingga kita juga bisa mengkonfirmasi bagaimana bisa seorang wanita berkelana sendiri di dunia yang tak dikenal dengan dana yang sangat minim.
Pada bagian pengantarnya, mbak Marina telah menerangkan bahwa buku ini hadir dari catatan harian yang selama ini ada di blog friendsternya. Tak heran jika gaya penulisannya pun sepenuhnya terserah si penulis. Dengan gaya yang cerdas, agak sedikit beraroma formal ditambah dengan pemilihan font yang relative kecil, menjadikan kesan akademis menguar kuat dari buku ini. Untungnya, banyak ornamen-ornamen yang diletakkan disana-sini yang setidaknya membuat buku kelihatan lebih “manis”. Kesimpulan akhirnya, buku “taktis” ini memang sangat perlu untuk dibaca dan bakal sangat berguna buat semua, minimal untuk menambah wawasan kita. Terlebih lagi bagi siapapun yang punya obsesi menjadi seorang backpacker keliling eropa. Mbak Marina sudah meyakinkan bahwa itu semua adalah hal yang mungkin. Jadi, mulailah membaca dan siapkan diri kita untuk menjemput sebuah petualangan baru di negeri kaum mata biru…
By : Farisol – ReadincCrew